Perihal Toa Masjid dan Bunyi-bunyian yang Selalu Datang Tidak Tepat
Dosen saya masih menjelaskan materi perkuliahan dengan
tenang, tanpa gangguan yang berarti. Bagaimana tidak, microphone saya mati.
Kalau saya hidupkan, semua teman saya akan terganggu, bahkan bisa jadi dosen
saya akan menghentikan penjelasannya. Demi kenyamanan masyarakat kelas, saya
memutuskan untuk terganggu sendirian saja.
Suara “gangguan” yang saya maksud datang dari masjid
belakang kosan yang toanya menghadap tepat mengarah ke kamar saya. Entah saya
boleh merasa terganggu atau tidak, tapi yang pasti, semua orang akan tidak suka
mendengar suara yang begitu keras di waktu yang tidak seharusnya dimaklumi.
Tenang! Sebelum Anda marah dan bersiap untuk memainkan
jempol dan menghujat, saya jelaskan dahulu, bahwa saya tidak sedang
membicarakan tentang azan dan iqomah. Lagipula, siapa yang berani bilang
terganggu oleh azan? Saya pun ndak berani.
Suara yang saya maksud adalah nyanyian lagu Nissa Sabyan
yang diputar dengan keras dengan memakai toa masjid tiap sore hari di masjid
dekat kost. Saya ndak ada masalah sama sekali dengan Nissa Sabyan, saya pun
ndak pernah sakit hati ketika media-media memberitakan perihal kasusnya yang
heboh beberapa waktu yang lalu meskipun berat. Saya hanya keberatan kalau
lagunya diputar dengan keras pakai toa masjid.
Sepertinya, masih banyak orang yang tidak terlalu paham
gunanya toa masjid. Buktinya, masih banyak orang yang terganggu karena hal ini,
dan banyak juga orang yang terkena stigma negatif hanya karena mempermasalahkan
toa.
Perihal aturan pemakaian toa, sebetulnya pemerintah sudah
punya aturan yang jelas. Namun, tidak semua orang (terutama takmir masjid)
paham akan aturan itu. Terlebih, syarat untuk menjadi takmir bukanlah menghapal
dan memahami aturan tentang penggunaan toa tersebut. Asalkan mau azan dan
iqamah, kayaknya bakal lolos-lolos saja.
Di Arab Saudi sendiri, yang notabene adalah pusatnya agama
Islam, mereka telah mengkaji dan bahkan membatasi penggunaan toa masjid. Mereka
hanya mengizinkan toa di masjid digunakan untuk azan dan iqamah saja. Cukup!
Tidak lebih dari itu. Di Indonesia pun sebetulnya demikian, meskipun masih
terdapat toleransi di sana-sini. Tapi, tidak ada salahnya jika kita mau belajar
cara menggunakan toa masjid dengan bijak.
Dulu, sebelum microphone dan toa ditemukan, penanda waktu
salat hanya berasal dari sebuah bedug. Pengurus masjid jaman dulu hanya memukul
bedug ketika datang waktu salat saja. Mereka ndak akan kepikiran untuk memutar
lagu gending dan sinden pakai bedug. Namun, sejak toa ditemukan, inovasi
tersebut juga merambah dan membikin takmir-takmir masjid sekarang turut ikut
berinovasi. Ya, termasuk memutar lagi Nissa Sabyan.
Saya ndak tahu pasti alasan diputarnya lagu-lagu religi di
masjid dengan suara yang sangat kencang itu. Namun, sejauh akses yang bisa saya
jangkau, sepertinya, takmir masjid bermaksud memberikan tanda kepada anak-anak
setempat bahwa kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) akan segera mereka
mulai.
Akan tetapi, apapun alasannya, menyetel lagu-lagu religi
dengan suara yang sangat kencang pakai toa masjid itu benar-benar tidak membuat
telinga nyaman. Orang tua dari anak-anak yang akan TPA pun sepertinya tidak
perlu menunggu moment konser Nissa Sabyan di masjid hanya untuk menyuruh anak
mereka mandi.
Sebetulnya, menggunakan toa masjid demi kepentingan
masyarakat itu sah-sah saja. Namun, pengguna toa juga harus paham, mana
kepentingan yang benar-benar penting dan tidak terlalu penting. Saya ndak ada
masalah dengan toa masjid dan Nissa Sabyan, saya cuma kesal kalau suara-suara
itu datang di waktu yang tidak tepat dan terlalu berisik.
Bagaimana kalau suara-suara tidak penting itu justru malah
merugikan orang lain? Saya misalnya. Dengan tidak bisa mendengar penjelasan
dosen dengan cetha, saya ndak bisa mengajukan pertanyaan saat dosen saya
memberikan kesempatan bertanya. Nilai kuis saya jadi kosong, IPK saya merosot,
dan saya gagal jadi pria dewasa yang lulus dengan IPK tinggi hanya karena
nyanyian Nissa Sabyan. Bapak saya akan marah.
Belum lagi kalau di ada orang yang sakit. Pasti orang
tersebut akan merasa sangat dirugikan dengan nyanyian Nissa Sabyan yang sangat
kencang itu.
Meskipun demikian, menggunakan toa masjid di luar azan dan
iqamah itu tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Tidak semua urusan masyarakat juga
harus dibenturkan dengan aturan negara. Namun tetap, kompromi perlu dilakukan
untuk menciptakan suasana yang nyaman dan tenteram.
Perihal toa masjid ini, solusi paling sederhana ya, kecilkan
volume.
Posting Komentar untuk "Perihal Toa Masjid dan Bunyi-bunyian yang Selalu Datang Tidak Tepat"
Beri saran