Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Biarkan Gunung itu Meletus!


Bencana alam tidak selalu bisa diartikan sebagai buah dari kemarahan Tuhan atau Dewa. Pun juga tidak bisa diklaim karena kesalahan manusia. Bencana alam, ya, bencana alam saja.

Beberapa hari yang lalu Gunung Semeru meletus. Banyak ahli teori dadakan bermunculan. Mulai dari teori yang beneran teori, sampai teori-teori yang tidak jelas. Teori yang menjurus kepada tahayul dan kepercayaan-kepercayaan lokal.

Saya tidak ingin menjustifikasi benar atau salahnya berteori, tapi yang ingin saya garis bawahi adalah bahwa, gunung meletus itu sebuah hal yang wajar. Gunung perlu meletuskan dirinya untuk membuat alam tetap seimbang.

Perihal gunung dimaknai sebagai sebuah bencana alam, memang betul. Tapi, bencana alam tidak melulu tentang adzab.

Adanya bencana alam tidak selalu bisa diartikan sebagai buah dari kemarahan Tuhan atau Dewa. Pun juga tidak bisa diklaim karena kesalahan manusia. Bencana alam, ya, bencana alam saja. Termasuk gunung meletus ini.

Saya cukup tertohok, ketika ada sebuah video di YouTube yang berisi tentang sebab Semeru meletus. Dikatakan di sana bahwa, ini karena adzab atas perlakuan orang yang mengusir ulama dari rumahnya.

Saya tidak tahu pasti, saya hanya menonton sekilas.

Ini, kan menjadi tidak wajar. Kalau Anda percaya, silahkan saja! Tapi jelas, saya sangat tidak percaya.

Besoknya, saya menemukan sebuah video yang cukup unik. Sebuah Channel YouTube yang bernama Algoritma Alam, kalau saya tidak salah ingat.

Dalam video itu, ada seorang perempuan muda dan lelaki yang sedikit lebih tua. Laki-laki itu dipanggil dengan sebutan “simbah”. Meskipun saya tidak yakin ia sudah mempunyai cucu.

Ia menjelaskan bahwa meletusnya Semeru ini bisa menjadi salah satu pertanda bahwa akan meletusnya gunung-gunung lain yang ada di pulau Jawa.

Termasuk gunung yang sudah lama tidak aktif, yaitu Gunung Lawu. Seketika saya merinding. Mendengar nama Lawu saja sudah cukup menyeramkan. Apalagi membayangkan gunung ini meletus. Bagaimana nasib penunggunya?

Di satu sisi, ini bisa jadi pengingat buat kita, untuk selalu waspada. Di sisi lain, kabar itu juga cukup menakutkan.

Namun, kita juga perlu belajar untuk tidak mendramatisasi sebuah letusan gunung. Kita perlu tahu bahwa gunung meletus itu sudah hukum alam. Tidak ada orang yang bisa mengatur kapan gunung akan meletus.

Tanpa perlu mendramatisasi bahwa letusan gunung adalah hukuman dari Tuhan untuk manusia, gunung yang butuh meletus, akan tetap meletus.

Bahkan, atmosfer bumi kita ini terbentuk juga karena letusan gunung. Tentu dengan intensitas dan kapasitas letusan yang jauh berbeda dengan sekarang.

Kalau memang letusan gunung itu benar-benar terjadi karena adzab, di planet Venus sekarang sedang terjadi letusan gunung yang tiada henti. Tuhan sedang mengadzab siapa di Venus?

Sangat tidak masuk akal!

Kalaupun semua orang di dunia ini berkelakuan baik tidak ada yang tidak bisa menerbitkan SKCK, siapa yang bisa menjamin kalau di masa depan tidak akan ada lagi letusan gunung?

Sebaik apapun perilaku kita, gunung akan tetap meletus. Karena memang dia butuh meletus.

Itu sama kayak manusia butuh pup, kucing butuh whiskash, dan bayi pria dewasa butuh nete.

Berhenti memaknai bencana alam sebagai sebuah adzab. Alam tidak cukup peduli dengan moral Anda. Tidak ada yang bisa menjamin, kalau semua orang miskin diberi santunan, maka bencana alam akan sirna.

Bencana alam idealnya kita maknai sebagai sebuah pelajaran. Pelajaran untuk tidak terus menerus menyakiti alam, mengotori alam, dan merusak alam.

Pungkasnya, kita perlu belajar untuk memahami alam. Alam dengan aktivitasnya perlu kita maknai sebagai sebuah aktivitas yang biasa saja. Meskipun begitu, kita tetap perlu waspada

 

Posting Komentar untuk "Biarkan Gunung itu Meletus!"