Orang Tua, Berhenti Meminta Anak untuk Tidak Meniru Anda!
Ketimbang bilang “Nak, kamu harus lulus kuliah, jangan tiru bapak,” Kalau ada kesempatan, lebih baik bilang “Nak, kamu harus lulus kuliah, kayak bapak.”
Dulu, saya sangat tremotivasi dengan kalimat “Kamu harus sekolah
tinggi, nak, jangan kayak bapakmu.” Namun, kian hari, kian dewasa, dan kian
punya banyak pengalaman, ternyata kalimat itu tidak sepenuhnya bisa dipercaya.
Dalam salah satu mata kuliah yang saya ikuti, dosen saya datang terlambat. Di jadwal, mata kuliah dimulai pukul 07.00 WIB. Blio (dengan segala hormat) datang pukul 08.15 WIB.
Satu jam lebih waktu kami habis untuk
menunggu dosen. Ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali. Blio selalu
terlambat ketika mengajar. Hanya berbeda waktu keterlambatannya saja. Kadang lebih
awal 20 menit, kadang sebaliknya.
Kami selalu memulai kuliah dengan tidak begitu bersemangat.
Pasalnya, kami sudah menunggu cukup lama. Teman saya tidak kalah cerdik. Dia
selalu datang sepuluh menit setelah dosen datang. Dosen sudah terlambat, teman saya
datang lebih terlambat.
Tiba-tiba blio nyeletuk “Ya, kalian ini sudah dewasa. Tidak perlu ikut kata pepatah kalau guru kui digugu lan ditiru,” kami semua menyimak.
Menunggu penjelasan dan maksud
dari kalimat pembuka yang blio sampaikan. “Kalau ada guru yang datang
terlambat, ya, jangan dicontoh terlambatnya. Artinya, kalian ini kalau mau
mencontoh saya, contoh yang baik-baiknya saja.”
Kami semua terperanjat. Kaget sejadi-jadinya. Blio sedang menyindir teman saya yang datang lebih terlambat dari blio.
Kami semua diam.
Setelahnya, blio menanyakan apa yang sudah kami baca selagi menunggu dosen
masuk. Lagi-lagi, kami diam. “Kalian sudah saya kasih kesempatan satu jam
lebih, lho, buat baca-baca dulu.” Begitu ucapnya.
Kejadian itu selalu membawa saya pada pikiran bahwa manusia
itu gemar sekali menuntut. Tanpa menengok kapasitas dan kemampuan dirinya
sendiri. Ini tidak hanya berlaku untuk dosen kepada mahasiwa. Ini juga berlaku
bagi orang tua kepada anak, kakak kepada adik, dan sejenisnya.
Nasihat orang tua yang meminta anaknya untuk menjadi lebih sukses ketimbang orang tuanya misalnya. Di satu sisi memang terdengar sangat mulia.
Tapi, di sisi lain, ucapan itu tidak terlalu mencerminkan kesungguhan si
pengucap. Pasalnya, cara mendidik yang paling mujarab adalah dengan memberikan
contoh, alih-alih hanya memberi nasihat.
Meskipun demikian, kita tidak bisa serta merta menyalahkan orang tua kita yang memilih untuk macul ketimbang kuliah. Kita tidak tahu betul keadaan yang terjadi pada masa lalu ketika blio tidak menempuh pendidikan yang lebih tinggi.
Bisa jadi karena himpitan ekonomi dan masalah-masalah pelik
lainnya yang susah sekali untuk dikompromikan.
Ini adalah perihal bagaimana nantinya kita bersikap terhadap
keturunan kita.
Sebagian besar teman saya, hampir mempunyai kesempatan untuk
menempuh pendidikan tinggi. Meskipun terlahir dari keluarga yang setengah
mampu. Saya yakin, orang tua mereka menasihati dengan kalimat yang sama.
Beruntung, teman-teman saya mendalami nasihat itu dengan
baik. Taat dan menjaga amanah dari orang tua. Sebagian dari mereka berhasil
lulus kuliah, sebagian lainnya masih ada yang terkatung-katung.
Meskipun demikian, masih banyak yang berhasil menyelesaikan tanggung jawabnya. Bagaimana kalau yang terjadi justru sebaliknya? Mereka tidak menunaikan amanah dengan baik.
Maka yang terjadi, nasihat yang sama akan keluar
kepada anak-anak mereka di masa depan. Terus menerus. Ini tidak akan pernah
selesai.
Masa depan untuk manusia-manusia di usia kita masih sangat
panjang. Tidak elok kalau kita meniru orang tua kita dengan nasihat yang sama.
Seorang anak akan tumbuh dan meniru sesuai dengan lingkungan yang dia tempati. Secara umum, apabila sedari kecil anak diberikan contoh dan dipertemukan dengan orang-orang yang berhasil, maka ia akan termotivasi untuk berhasil juga.
Nasihat sekuat apapun, tidak akan mengubah kebiasaannya.
Saya bukan ingin mengajari Anda bagaimana menjadi orang tua
yang baik. Saya belum menjadi orang tua. Saya hanya ingin bilang, kalau ada
kesempatan untuk tidak meniru nasihat orang tua (yang itu), jangan kita tiru!
Dosen saya bisa benar bisa juga salah. Dia benar, kalau kita
yang sudah bisa berpikir, tidak perlu meniru orang yang jelas-jelas tidak patut
untuk ditiru. Tidak benarnya, dia cerdik sekali mencari alasan di balik kebiasaan
terlambatnya.
Pungkasnya, memberikan nasihat kepada orang lain memang
menyenangkan. Setidaknya, membuat kita naik satu level menjadi lebih bijak.
Tapi kita kadang lupa kalau nasihat yang lebih keren adalah dengan memberikan
contoh.
Posting Komentar untuk "Orang Tua, Berhenti Meminta Anak untuk Tidak Meniru Anda!"
Beri saran